Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan memperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan
(QS. Al Baqarah : Ayat 245 )

PENGERTIAN DAN MAKNA SEDEKAH


Sedekah asal kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian di atas oleh para fuqaha (ahli fikih) disebuh sadaqah at-tatawwu’ 
(sedekah secara spontan dan sukarela).
Di dalam Alquran banyak sekali ayat yang menganjurkan kaum Muslimin untuk senantiasa memberikan sedekah. Di antara ayat yang dimaksud adalah firman Allah SWT yang artinya:
”Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami akan memberi kepadanya pahala yang besar.” (QS An Nisaa [4]: 114).
Para fuqaha sepakat hukum sedekah pada dasarnya adalah sunah, berpahala bila dilakukan dan tidak berdosa jika ditinggalkan. Di samping sunah, adakalanya hukum sedekah menjadi haram yaitu dalam kasus seseorang yang bersedekah mengetahui pasti bahwa orang yang bakal menerima sedekah tersebut akan menggunakan harta sedekah untuk kemaksiatan. Terakhir ada kalanya juga hukum sedekah berubah menjadi wajib, yaitu ketika seseorang bertemu dengan orang lain yang sedang kelaparan hingga dapat mengancam keselamatan jiwanya, sementara dia mempunyai makanan yang lebih dari apa yang diperlukan saat itu. Hukum sedekah juga menjadi wajib jika seseorang bernazar hendak bersedekah kepada seseorang atau lembaga.
Menurut fuqaha, sedekah dalam arti sadaqah at-tatawwu’ berbeda dengan zakat. Sedekah lebih utama jika diberikan secara diam-diam dibandingkan diberikan secara terang-terangan dalam arti diberitahukan atau diberitakan kepada umum. 
Hal ini sejalan dengan hadits Nabi SAW dari sahabat Abu Hurairah. Dalam hadits itu dijelaskan salah satu kelompok hamba Allah SWT yang mendapat naungan-Nya di hari kiamat kelak adalah seseorang yang memberi sedekah dengan tangan kanannya lalu ia sembunyikan seakan-akan tangan kirinya tidak tahu apa yang telah diberikan oleh tangan kanannya tersebut.
Sedekah lebih utama diberikan kepada kaum kerabat atau sanak saudara terdekat sebelum diberikan kepada orang lain. Kemudian sedekah itu seyogyanya diberikan kepada orang yang betul-betul sedang mendambakan uluran tangan. 
Mengenai kriteria barang yang lebih utama disedekahkan, para fuqaha berpendapat, barang yang akan disedekahkan sebaiknya barang yang berkualitas baik dan disukai oleh pemiliknya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya;
”Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai…” (QS Ali Imran [3]: 92).
Pahala sedekah akan lenyap bila si pemberi selalu menyebut-nyebut sedekah yang telah ia berikan atau menyakiti perasaan si penerima. Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya yang berarti:
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima.” (QS Al Baqarah [2]: 264).
Secara umum shadaqah memiliki pengertian menginfakkan harta di jalan Allah swt.. 
Baik ditujukan kepada fakir miskin, kerabat keluarga, maupun untuk kepentingan jihad fi sabilillah. Makna sedekah memang sering menunjukkan makna memberikan harta untuk hal tertentu di jalan Allah swt., sebagaimana yang terdapat dalam banyak ayat-ayat dalam Al-Qur’an.
Kedua ayat di atas menggambarkan bahwa sedekah memiliki makna mendermakan uang di jalan Allah swt. Bahkan pada ayat yang kedua, shadaqah secara khusus adalah bermakna zakat. Bahkan banyak sekali ayat maupun hadits yang berbicara tentang zakat, namun diungkapkan dengan istilah sedekah.
Secara bahasa, sedekah berasal dari kata shidq yang berarti benar. Dan menurut Al-Qadhi Abu Bakar bin Arabi, benar di sini adalah benar dalam hubungan dengan sejalannya perbuatan dan ucapan serta keyakinan. Dalam makna seperti inilah, sedekah diibaratkan dalam hadits: “Dan sedekah itu merupakan burhan (bukti).” (HR. Muslim)
Antara zakat, infak, dan sedekah memiliki pengertian tersendiri dalam bahasan kitab-kitab fiqh. Zakat yaitu kewajiban atas sejumlah harta tertentu dalam waktu tertentu dan untuk kelompok tertentu.
Infak memiliki arti lebih luas dari zakat, yaitu mengeluarkan atau menafkahkan uang. Infak ada yang wajib, sunnah dan mubah. Infak wajib di antaranya adalah zakat, kafarat, infak untuk keluarga dan sebagainya. Infak sunnah adalah infak yang sangat dianjurkan untuk melaksanakannya namun tidak menjadi kewajiban, seperti infak untuk dakwah, pembangunan masjid dan sebagainya. Sedangkan infak mubah adalah infak yang tidak masuk dalam kategori wajib dan sunnah, serta tidak ada anjuran secara tekstual ayat maupun hadits, diantaranya seperti infak untuk mengajak makan-makan dan sebagainya.
Sedekah lebih luas dari sekedar zakat maupun infak. Karena sedekah tidak hanya berarti mengeluarkan atau mendermakan harta. Namun sedekah mencakup segala amal atau perbuatan baik. Dalam sebuah hadits digambarkan, “Memberikan senyuman kepada saudaramu adalah sedekah.”
Makna sedekah yang terdapat dalam hadits di atas adalah mengacu pada makna sedekah di atas. Bahkan secara tersirat sedekah yang dimaksudkan dalam hadits adalah segala macam bentuk kebaikan yang dilakukan oleh setiap muslim dalam rangka mencari keridhaan Allah swt. Baik dalam bentuk ibadah atau perbuatan yang secara lahiriyah terlihat sebagai bentuk taqarrub kepada Allah swt., maupun dalam bentuk aktivitas yang secara lahiriyah tidak tampak seperti bertaqarrub kepada Allah, seperti hubungan intim suami istri, bekerja, dsb. Semua aktivitas ini bernilai ibadah di sisi Allah swt.

SEDEKAH ITU HARUS IKLAS


Alhamdullillahilladzi hamdan katsiron thoyyiban mubaarokan fiih kamaa yuhibbu Robbunaa wa yardho. Allahumma sholli ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala aalihi wa shohbihi wa sallam.
Itulah yang sering kita lihat pada umat Islam saat ini. 
Mereka memang gemar melakukan puasa sunnah (yaitu puasa Senin-Kamis dan lainnya), namun semata-mata hanya untuk menyehatkan badan sebagaimana saran dari beberapa kalangan. Ada juga yang gemar sekali bersedekah, namun dengan tujuan untuk memperlancar rizki dan karir.

Begitu pula ada yang rajin bangun di tengah malam untuk bertahajud, namun tujuannya hanyalah ingin menguatkan badan. Semua yang dilakukan memang suatu amalan yang baik. Tetapi niat di dalam hati senyatanya tidak ikhlash karena Allah, namun hanya ingin mendapatkan tujuan-tujuan duniawi semata. Kalau memang demikian, mereka bisa termasuk orang-orang yang tercela sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut.

Dengan Amalan Sholeh Hanya Mengharap Keuntungan Dunia, Sungguh Akan Sangat Merugi

Allah Ta’ala berfirman,
Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud [11] : 15-16)
Yang dimaksud dengan “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia” yaitu barangsiapa yang menginginkan kenikmatan dunia dengan melakukan amalan akhirat.
Yang dimaksud “perhiasan dunia” adalah harta dan anak.
Mereka yang beramal seperti ini: “niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan”. Maksudnya adalah mereka akan diberikan dunia yang mereka inginkan. Ini semua diberikan bukan karena mereka telah berbuat baik, namun semata-mata akan membuat terlena dan terjerumus dalam kebinasaan karena rusaknya amalan mereka. Dan juga mereka tidak akan pernah yubkhosuun, yaitu dunia yang diberikan kepada mereka tidak akan dikurangi. Ini berarti mereka akan diberikan dunia yang mereka cari seutuhnya (sempurna).
Dunia, mungkin saja mereka peroleh. Dengan banyak melakukan amalan sholeh, boleh jadi seseorang akan bertambah sehat, rizki semakin lancar dan karir terus meningkat.  Dan itu senyatanya yang mereka peroleh dan Allah pun tidak akan mengurangi hal tersebut sesuai yang Dia tetapkan. Namun apa yang mereka peroleh di akhirat?
Lihatlah firman Allah selanjutnya (yang artinya), “Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka”. Inilah akibat orang yang hanya beribadah untuk mendapat tujuan dunia saja. Mereka memang di dunia akan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Adapun di akhirat, mereka tidak akan memperoleh pahala karena mereka dalam beramal tidak menginginkan akhirat. Ingatlah, balasan akhirat hanya akan diperoleh oleh orang yang mengharapkannya. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ أَرَادَ الْآَخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا
Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mu’min, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.” (QS. Al Israa’: 19)
Orang-orang seperti ini juga dikatakan: “lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan”. Ini semua dikarenakan mereka dahulu di dunia beramal tidak ikhlas untuk mengharapkan wajah Allah sehingga ketika di akhirat, sia-sialah amalan mereka. 
(Lihat penjelasan ayat ini di I’aanatul Mustafid, 2/92-93)
Sungguh betapa banyak orang yang melaksanakan shalat malam, puasa sunnah dan banyak sedekah, namun itu semua dilakukan hanya bertujuan untuk menggapai kekayaan dunia, memperlancar rizki, umur panjang, dan lain sebagainya.
Ibnu ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhu- menafsirkan surat Hud ayat 15-16. Beliau –radhiyallahu ‘anhu- mengatakan, “Sesungguhnya orang yang riya’, mereka hanya ingin memperoleh balasan kebaikan yang telah mereka lakukan, namun mereka minta segera dibalas di dunia.”
Ibnu ‘Abbas juga mengatakan, “Barangsiapa yang melakukan amalan puasa, shalat atau shalat malam namun hanya ingin mengharapkan dunia, maka balasan dari Allah: “Allah akan memberikan baginya dunia yang dia cari-cari. Namun amalannya akan sia-sia (lenyap) di akhirat nanti karena mereka hanya ingin mencari dunia. Di akhirat, mereka juga akan termasuk orang-orang yang merugi”.” Perkataan yang sama dengan Ibnu ‘Abbas ini juga dikatakan oleh Mujahid, Adh Dhohak dan selainnya.
Qotadah mengatakan, “Barangsiapa yang dunia adalah tujuannya, dunia yang selalu dia cari-cari dengan amalan sholehnya, maka Allah akan memberikan kebaikan kepadanya di dunia. Namun ketika di akhirat, dia tidak akan memperoleh kebaikan apa-apa sebagai balasan untuknya. Adapun seorang mukmin yang ikhlash dalam beribadah (yang hanya ingin mengharapkan wajah Allah), dia akan mendapatkan balasan di dunia juga dia akan mendapatkan balasan di akhirat.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, tafsir surat Hud ayat 15-16)

Hanya Beramal Untuk Menggapai Dunia, Tidak Akan Dapat Satu Bagianpun Di Akhirat

Kenapa seseorang beribadah dan beramal hanya ingin menggapai dunia? Jika seseorang beramal untuk mencari dunia, maka dia memang akan diberi. Jika shalat tahajud, puasa senin-kamis yang dia lakukan hanya ingin meraih dunia, maka dunia memang akan dia peroleh dan tidak akan dikurangi. Namun apa akibatnya di akhirat? Sungguh di akhirat dia akan sangat merugi. Dia tidak akan memperoleh balasan di akhirat disebabkan amalannya yang hanya ingin mencari-cari dunia.
Namun bagaimana dengan orang yang beramal dengan ikhlash, hanya ingin mengharap wajah Allah? Di akhirat dia akan memperoleh pahala yang berlipat ganda.
Allah Ta’ala berfirman,
“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.” (QS. Asy Syuraa: 20)
Ibnu Katsir –rahimahullah- menafsirkan ayat di atas, “Barangsiapa yang mencari keuntungan di akhirat, maka Kami akan menambahkan keuntungan itu baginya, yaitu Kami akan kuatkan, beri nikmat padanya karena tujuan akhirat yang dia harapkan.
Kami pun akan menambahkan nikmat padanya dengan Kami balas setiap kebaikan dengan sepuluh kebaikan hingga 700 kali lipat hingga kelipatan yang begitu banyak sesuai dengan kehendak Allah. … Namun jika yang ingin dicapai adalah dunia dan dia tidak punya keinginan menggapai akhirat sama sekali, maka balasan akhirat tidak akan Allah beri dan dunia pun akan diberi sesuai dengan yang Allah kehendaki. Dan jika Allah kehendaki, dunia dan akhirat sekaligus tidak akan dia peroleh. Orang seperti ini hanya merasa senang dengan keinginannya saja, namun barangkali akhirat dan dunia akan lenyap seluruhnya dari dirinya.”
Ats Tsauri berkata, dari Mughiroh, dari Abul ‘Aliyah, dari Ubay bin Ka’ab -radhiyallahu ‘anhu-, beliau mengatakan,
Umat ini diberi kabar gembira dengan kemuliaan, kedudukan, agama dan kekuatan di muka bumi. Barangsiapa dari umat ini yang melakukan amalan akhirat untuk meraih dunia, maka di akhirat dia tidak mendapatkan satu bagian pun.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya, Al Hakim dan Al Baiaqi. Al Hakim mengatakan sanadnya shahih. Syaikh Al Albanimenshahihkan hadits ini dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib)
Terdapat pula riwayat dalam Al Baihaqi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Umat ini diberi kabar gembira dengan kemudahan, kedudukan dan kemulian dengan agama dan kekuatan di muka bumi, juga akan diberi pertolongan. Barangsiapa yang melakukan amalan akhirat untuk mencari dunia, maka dia tidak akan memperoleh satu bagian pun di akhirat. ”

Tanda Seseorang Beramal Untuk Tujuan Dunia

Al Bukhari membawakan hadits dalam Bab “Siapa yang menjaga diri dari fitnah harta”.
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Celakalah hamba dinar, dirham, qothifah dan khomishoh. Jika diberi, dia pun ridho. Namun jika tidak diberi, dia tidak ridho, dia akan celaka dan akan kembali binasa.” (HR. Bukhari).  Qothifahadalah sejenis pakaian yang memiliki beludru. Sedangkan khomishoh adalah pakaian yang berwarna hitam dan memiliki bintik-bintik merah. (I’aanatul Mustafid2/93)
Kenapa dinamakan hamba dinar, dirham dan pakaian yang mewah? Karena mereka yang disebutkan dalam hadits tersebut beramal untuk menggapai harta-harta tadi, bukan untuk mengharap wajah Allah. Demikianlah sehingga mereka disebut hamba dinar, dirham dan seterusnya. Adapun orang yang beramal karena ingin mengharap wajah Allah semata, mereka itulah yang disebut hamba Allah (sejati).
Di antara tanda bahwa mereka beramal untuk menggapai harta-harta tadi atau ingin menggapai dunia disebutkan dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selanjutnya: “Jika diberi, dia pun ridho. Namun jika tidak diberi, dia pun tidak ridho (murka), dia akan celaka dan kembali binasa”. Hal ini juga yang dikatakan kepada orang-orang munafik sebagaimana dalam firman Allah,
Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (distribusi) zakat; jika mereka diberi sebahagian dari padanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebahagian dari padanya, dengan serta merta mereka menjadi marah.” (QS. At Taubah: 58)
Itulah tanda seseorang dalam beramal hanya ingin menggapai tujuan dunia. Jika dia diberi kenikmatan dunia, dia ridho. Namun, jika kenikmatan dunia tersebut tidak kunjung datang, dia akan murka dan marah. Dalam hatinya seraya berujar, “Sudah sebulan saya merutinkan shalat malam, namun rizki dan usaha belum juga lancar.” Inilah tanda orang yang selalu berharap dunia dengan amalan sholehnya.
Adapun seorang mukmin, jika diberi nikmat, dia akan bersyukur. Sebaliknya, jika tidak diberi, dia pun akan selalu sabar. Karena orang mukmin, dia akan beramal bukan untuk mencapai tujuan dunia. Sebagian mereka bahkan tidak menginginkan mendapatkan dunia sama sekali. Diceritakan bahwa sebagian sahabat tidak ridho jika mendapatkan dunia sedikit pun. Mereka pun tidak mencari-cari dunia karena yang selalu mereka harapkan adalah negeri akhirat. Semua ini mereka lakukan untuk senantiasa komitmen dalam amalan mereka, agar selalu timbul rasa harap pada kehidupan akhirat. Mereka sama sekali tidak menyukai untuk disegerakan balasan terhadap kebaikan yang mereka lakukan di dunia.
Akan tetapi, barangsiapa diberi dunia tanpa ada rasa keinginan sebelumnya dan tanpa ada rasa tamak terhadap dunia, maka dia boleh mengambilnya. Sebagaimana hal ini terdapat dalam hadits dari ‘Umar bin Khottob,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan suatu pemberian padaku.” Umar lantas mengatakan, “Berikan saja pemberian tersebut pada orang yang lebih butuh (lebih miskin) dariku. Sampai beberapa kali, beliau tetap memberikan harta tersebut padaku.” Umar pun tetap mengatakan, “Berikan saja pada orang yang lebih butuh (lebih miskin) dariku.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Ambillah harta tersebut dan harta yang semisal dengan ini di mana engkau tidak merasa mulia dengannya dan sebelumnya engkau pun tidak meminta-mintanya. Ambillah harta tersebut. Selain harta semacam itu (yang di mana engkau punya keinginan sebelumnya padanya), maka biarkanlah dan janganlah hatimu bergantung padanya.”  (HR. Bukhari dan Muslim).
Sekali lagi, begitulah orang beriman. Jika dia diberi nikmat atau pun tidak, amalan sholehnya tidak akan pernah berkurang. Karena orang mukmin sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya. Adapun orang yang selalu mengharap dunia dengan amalan sholehnya, dia akan bersikap berbeda. Jika dia diberi nikmat, baru dia ridho. Namun, jika dia tidak diberi, dia akan murka dan marah. Dia ridho karena mendapat kenikmatan dunia. Sebaliknya, dia murka karena kenikmatan dunia yang tidak kunjung menghampirinya padahal dia sudah gemar melakukan amalan sholeh. Itulah sebabnya orang-orang seperti ini disebut hamba dunia, hamba dinar, hamba dirham dan hamba pakaian.

Beragamnya Niat dan Amalan Untuk Menggapai Dunia

Niat seseorang ketika beramal ada beberapa macam:
[Pertama] Jika niatnya adalah murni untuk mendapatkan dunia ketika dia beramal dan sama sekali tidak punya keinginan mengharap wajah Allah dan kehidupan akhirat, maka orang semacam ini di akhirat tidak akan mendapatkan satu bagian nikmat pun. Perlu diketahui pula bahwa amalan semacam ini tidaklah muncul dari seorang mukmin. Orang mukmin walaupun lemah imannya, dia pasti selalu mengharapkan wajah Allah dan negeri akhirat.
[Kedua] Jika niat seseorang adalah untuk mengharap wajah Allah dan untuk mendapatkan dunia sekaligus, entah niatnya untuk kedua-duanya sama atau mendekati, maka semacam ini akan mengurangi tauhid dan keikhlasannya. Amalannya dinilai memiliki kekurangan karena keikhlasannya tidak sempurna.
[Ketiga] Adapun jika seseorang telah beramal dengan ikhlash, hanya ingin mengharap wajah Allah semata, akan tetapi di balik itu dia mendapatkan upah atau hasil yang dia ambil untuk membantunya dalam beramal (semacam mujahid yang berjihad lalu mendapatkan harta rampasan perang, para pengajar dan pekerja yang menyokong agama yang mendapatkan upah dari negara setiap bulannya), maka tidak mengapa mengambil upah tersebut. Hal ini juga tidak mengurangi keimanan dan ketauhidannya, karena semula dia tidak beramal untuk mendapatkan dunia. Sejak awal dia sudah berniat untuk beramal sholeh dan menyokong agama ini, sedangkan upah yang dia dapatkan adalah di balik itu semua yang nantinya akan menolong dia dalam beramal dan beragama. (Lihat Al Qoulus Sadiid, 132-133)

Adapun amalan yang seseorang lakukan untuk mendapatkan balasan dunia ada dua macam:
[Pertama] Amalan yang tidak disebutkan di dalamnya balasan dunia. Namun seseorang melakukan amalan tersebut untuk mengharapkan balasan dunia, maka semacam ini tidak diperbolehkan bahkan termasuk kesyirikan.
Misalnya: Seseorang melaksanakan shalat Tahajud. Dia berniat dalam hatinya bahwa pasti dengan melakukan shalat malam ini, anaknya yang akan lahir nanti adalah laki-laki. Ini tidak dibolehkan karena tidak ada satu dalil pun yang menyebutkan bahwa dengan melakukan shalat Tahajud akan mendapatkan anak laki-laki.
[Kedua] Amalan yang disebutkan di dalamnya balasan dunia. Contohnya adalah silaturrahim dan berbakti kepada kedua orang tua. Semisal silaturrahim, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Barangsiapa senang untuk dilapangkan rizki dan dipanjangkan umurnya, maka jalinlah tali silaturrahim (hubungan antar kerabat).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika seseorang melakukan amalan semacam ini, namun hanya ingin mengharapkan balasan dunia saja dan tidak mengharapkan balasan akhirat, maka orang yang melakukannya telah terjatuh dalam kesyirikan. Namun, jika dia melakukannya tetap mengharapkan balasan akhirat dan dunia sekaligus, juga dia melakukannya dengan ikhlash, maka ini tidak mengapa dan balasan dunia adalah sebagai tambahan nikmat untuknya karena syari’at telah menunjukkan adanya balasan dunia dalam amalan ini.

Perbedaan dan Kesamaan Beramal untuk Meraih Dunia dengan Riya’

Syaikh Muhammad At Tamimi –rahimahullah- membawakan pembahasan ini dalam Kitab Tauhid pada Bab “Termasuk kesyirikan, seseorang beribadah untuk mencari dunia”. Beliau –rahimahullah- membawakannya setelah membahas riya’. Kenapa demikian?
Riya’ dan beribadah untuk mencari dunia, keduanya sama-sama adalah amalan hati dan terlihat begitu samar karena tidak nampak di hadapan orang banyak. Namun, Keduanya termasuk amalan kepada selain Allah Ta’ala. Ini berarti keduanya termasuk kesyirikan yaitu syirik khofi (syirik yang samar).  Keduanya memiliki peredaan. Riya’ adalah beramal agar dilihat oleh orang lain dan ingin tenar dengan amalannya. Sedangkan beramal untuk tujuan dunia adalah banyak melakukan amalan seperti shalat, puasa, sedekah dan amalan sholeh lainnya dengan tujuan untuk mendapatkan balasan segera di dunia semacam mendapat rizki yang lancar dan lainnya.
Tetapi perlu diketahui, para ulama mengatakan bahwa amalan seseorang untuk mencari dunia lebih nampak hasilnya daripada riya’. Alasannya, kalau seseorang melakukan amalan dengan riya’, maka jelas dia tidak mendapatkan apa-apa. Namun, untuk amalan yang kedua, dia akan peroleh kemanfaatan di dunia. Akan tetapi, keduanya tetap saja termasuk amalan yang membuat seseorang merugi di hadapan Allah Ta’ala. Keduanya sama-sama bernilai syirik dalam niat maupun tujuan. Jadi kedua amalan ini memiliki kesamaan dari satu sisi dan memiliki perbedaan dari sisi yang lain.

Kenapa Engkau Tidak Ikhlash Saja dalam Beramal?

Sebenarnya jika seseorang memurnikan amalannya hanya untuk mengharap wajah Allah dan ikhlash kepada-Nya niscaya dunia pun akan menghampirinya tanpa mesti dia cari-cari. Namun, jika seseorang mencari-cari dunia dan dunia yang selalu menjadi tujuannya dalam beramal, memang benar dia akan mendapatkan dunia tetapi sekadar yang Allah takdirkan saja. Ingatlah ini … !!
Semoga sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa menjadi renungan bagi kita semua,
“Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan tunduk hina padanya. Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai dunia, maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan baginya.” 
(HR. Tirmidzi no. 2465. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat penjelasan hadits ini diTuhfatul Ahwadzi, 7/139)
Marilah –saudaraku-, kita ikhlashkan selalu niat kita ketika kita beramal. Murnikanlah semua amalan hanya untuk menggapai ridho Allah. 
Janganlah niatkan setiap amalanmu hanya untuk meraih kenikmatan dunia semata.Sedekah itu harus iklas
Ikhlaskanlah amalan tersebut pada Allah, niscaya dunia juga akan engkau raih.
Yakinlah hal ini …!!
Semoga Allah selalu memperbaiki aqidah dan setiap amalan kaum muslimin. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada mereka ke jalan yang lurus.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala wa alihi wa shohbihi wa sallam.

SHOLAT DUHA TERMASUK SEDEKAH JUGA


Ada sekelompok sahabat Rasulullah berkata, 
“Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah memborong pahala. 
Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, namun mereka dapat bersedekah dengan kelebihan hartanya.”
Beliau bersabda,”Bukankah Allah menjadikan bagi kalian apa-apa yang dapat kalian sedekahkan? Sesungguhnya pada setiap tasbih ada sedekah, pada setiap tahmid ada sedekah dan pada setiap tahlil ada sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, dan mendatangi istrimu juga sedekah.”
Mereka bertanya,”Wahai Rasulullah, apakah jika seorang memenuhi kebutuhan syahwatnya itu pun juga mendapatkan pahala?”
Beliau bersabda,”Apa pendapatmu, bila ia menempatkannya pada tempat yang haram, apakah ia berdosa? Demikian pula bila ia menempatkannya pada tempat yang halal, ia akan mendapatkan pahala,” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah ra. berkata:
Rasulullah saw. bersabda,”Setiap ruas tulang manusia harus disedekahi setiap hari selama matahari masih terbit. Mendamaikan dua orang (yg berselisih) adalah sedekah, menolong orang hingga ia dapat naik kendaraan atau mengangkatkan barang bawaan ke atasnya merupakan sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, setiap langkah kaki yang engkau ayunkan menuju ke masjid adalah sedekah, dan menyingkirkan aral dari jalan juga merupakan sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Dzar r.a. berkata : Nabi saw bersabda : Pada tiap pagi ada kewajiban pada tiap-tiap persendian untuk bersedekah. Dan tiap tasbih itu sedekah, dan tiap tahlil (La ilaha Illallah) itu sedekah, dan tiap tahmid itu sedekah, dan tiap takbir itu sedekah, dan menganjurkan kebaikan itu sedekah, dan mencegah kemungkaran itu sedekah, dan cukup untuk menggantikan semua itu dua raka’at sunnat dhuha.(HR. Muslim)
Kalaupun bisa lebih dari 2 rakaat mengapa tidak?… lakukan dengan penuh penghayatan… coba iringi dengan berinfaq di jalan Allah….
TERNYATA SHOLAT DUHA TERMASUK SEDEKAH JUGA YU KITA BIASAKAN SHOLAT DUHA

CIRI-CIRI RASULULLAH SAW. YANG HADIR DALAM MIMPI AL-HABIB MUNDZIR AL-MUSAWA


Ketika ada seorang jamaah bertanya kepada al-Habib Mundzir al-Musawa 
tentang pertemuannya dengan Baginda Rasulullah Saw., maka beliau pun menjawab:

“Saya sebenarnya kurang berkenan menjawab namun saya pun tak berani berdusta. 
Saya sering berjumpa dengan Rasulullah Saw., 
dan sesekali ada hal berupa wasiat dan nasihat.

Ciri-ciri Rasulullah Saw. yang nampak dalam mimpi al-Habib Mundzir adalah:

1.Cambang dan janggut beliau sangat hitam gelap kebiru-biruan dari gelapnya.
2.Wajah beliau bagaikan mutiara yang bercahaya.
3.Senyumnya tak pernah sirna dari bibir indahnya.
4.Hati serasa linu dan seakan akan mencair karena keindahan wajah Sang Nabi Saw.
5.Lezat memandang wajah beliau Saw. terasa linu ke sekujur tubuh seakan lebih dari 1000x rasanya ejakulasi. Sekujur tubuh serasa linu tak terperikan.
6.Jari-jemari beliau lentik dan lembut dan sangat indah.
7.Tingginya sekitar 200 cm.
8.Imamahnya putih dan besar.
9.Kedua matanya sangat indah dan memancarkan kesejukan dan penuh kasih sayang.
10.Membuat orang yang memandang matanya ingin luluh dan bersimpuh berlutut di kakinya dan menangis bagaikan bayi manja yang memeluk ibunya karena tak melihat yang lebih mengasihinya selain ibunya.
11.Ucapannya dan suara beliau Saw. berwibawa, namun lembut dan perlahan hampir berbisik, namun jelas dan sangat merdu

Duh... saya tak akan mampu mengqiyaskannya lagi. Sungguh benar ucapan Anas bin Malik Ra.: 
“Tidak pernah kami melihat pemandangan lebih menakjubkan dari wajah Rasulullah Saw.” 
(Shahih Bukhari).

Sungguh benar ucapan Abu Hurairah Ra.: “Wahai Rasulullah, jika kami memandang wajahmu maka jiwa kami tergetar dan terangkat semakin mulia.”

Pernah saya sudah akan berangkat dakwah ke luar kota, tapi tubuh ini penat dan sangat lelah, saya masih rebahan dan sangat berat untuk berangkat. Maka saya bermimpi melihat beliau Saw. telah berdiri di depan pintu, memegang tas gantung dari kulit, seraya berkata dengan lembut dan tersenyum: “Saya akan berangkat dakwah, kau mau ikutkah?”

Saya terbangun dari tidur dan kaget. 
Saya faham betul itu teguran lembut dari beliau Saw. 
agar saya segera berangkat. Maka saya bergegas dan berangkat.”

Al-Habib Mundzir al-Musawa pernah menyampaikan bahwa setiap 
orang mempunyai cerita yang berbeda-beda dalam hal pertemuannya dengan Baginda Rasulullah Saw. 
Bentuk wujud dan rupa beliau Saw. sesuai dengan kekuatan iman orang tersebut. 
Semakin kuat imannya maka akan semakin indah.

Al-Habib Mundzir al-Musawa juga menyampaikan bahwa saat beliau menuliskan 
ciri-ciri dari Baginda Rasul Saw. dalam tulisan di atas maka saat itu pula air mata 
kerinduan beliau kepada Baginda Rasul Saw. tak terbendung dan mengalir dengan derasnya.

Nenek Karyati Seorang Pemulung Yang Bisa Naik Haji


Anda Suka Nonton Sinetron Tukang Bubur Naik Haji...?
Kisah Sinetron itu Bisa Nyata atau Hanya Gambaran Kehidupan nyata
dari seorang tukang bubur yang bisa naik Haji .
Namun di bawah ini adalah kisah nyata yang mungkin bisa jadi bahan motivasi.
Kisah nyata Nenek Karyati Seorang Pemulung Yang Bisa Naik Haji
betapa seorang Nenek dengan tekadnya yang kuat dan penuh keiklasan dalam berusaha dan beribadah membuat iya mendapat Panggilan dari allah untuk berkunjung ke baitullah dalam rangkaian ibadah haji . Selamat membaca artikel ini 
semoga ini menjadi motivasi untuk kita semua .

Niat dan usaha yang sungguh-sungguh akan 
mengantarkan seseorang pada sesuatu yang dicita-citakannya. 
Setidaknya inilah yang diyakini dan diamalkan oleh Karyati, seorang pemulung asal 
Desa Pondok Wuluh Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Meski secara logika pekerjaan yang dijalaninya merupakan pekerjaan 
rendahan, tetapi nenek yang berusia sekitar 69 tahun tersebut ternyata mampu mencapai cita-citanya untuk menunaikan rukun Islam yang kelima naik haji ke tanah suci.
Namun demi bisa mencapai keinginannya tersebut, Karyati telah bekerja sangat keras.

Embah Karyati Pemulung Naik Haji

Bahkan selama 20 tahun lamanya, wanita paruh baya tersebut menyisihkan sebagian jerih payahnya sebagai pengais barang bekas plastik dan kertas.
Janda renta yang mempunyai 4 (empat) orang anak ini berkeyakinan bahwa suatu saat 
nanti dirinya bakal bisa naik haji ke tanah suci layaknya orang-orang lain yang berduit. 

Atas keyakinan tersebut, dirinya selalu menyisihkan hasil dari memulung untuk ditabung 
dan sebagian untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
“Memang untuk mewujudkan impian naik haji ini penuh perjuangan. 
Karena saya harus menabung selama 20 tahun lamanya. 
Tetapi saya yakin Allah pasti mengabulkan doa saya 
untuk bisa melihat Ka’bah secara langsung,” ujar Karyati.

Menurut Karyati, cita-cita naik haji itu sudah lama terpendam semenjak 2002 lalu. 
Saat itu dirinya mengaku masih punya toko kelontong di desanya. 
Masa-masa sulit dilewatinya saat usaha kelontongnya bangkrut di pada tahun 2005. 

Namun untuk menyambung hidup, Karyati kemudian menjadi seorang pemulung. 
Meski pekerjaannya terbilang rendah, tetapi itu tidak menyurutkan niatnya untuk bisa meraih cita-citanya untuk menunaikan ibadah haji.
Sekitar tahun 2004, Karyati mulai mendaftarkan diri sebagai haji Kabupaten Probolinggo. 

Pada waktu itu, tabungannya dari hasil menjadi pemulung sudah mencapai sekitar Rp. 20 juta. 
Selain dari hasil memulung, uang tersebut didapat dari beberapa sukarelawan.
“Pernah suatu ketika, tepatnya pada tahun 2010 saya pernah ditipu oleh seseorang yang mencoba menawarkan jasa. 

Namun tanpa disadari saya tertipu sebesar Rp. 10 juta dan uang tersebut tidak dikembalikan meskipun beberapa waktu kemudian akhirnya ditangkap oleh polisi,” jelasnya.
Dan selama mengejar impiannya, Karyati tidak mau kumpul atau tidur di rumah anak-anaknya. 
Bukannya tidak sayang kepada anak dan cucunya, namun nenek bercucu 12 orang ini tidak mau mengganggu atau menjadi beban hidup anak-anaknya. 

Dirinya lebih memilih tidur di toko usang miliknya. 
Terkadang pula tidur di masjid desanya. “Kalau pas bersih-bersih masjid ada 
orang kasih rejeki, saya tabung,” katanya.
Namun dengan tekad yang kuat, semua kejadian tersebut tidak mematahkan semangat Karyati untuk mewujudkan cita-citanya untuk dapat berangkat haji. 

“Saya hanya bisa pasrah namun saya tidak mau putus asa untuk tetap 
bisa berangkat haji ke tanah suci,” terangnya.
Bermodalkan sebuah sepeda buntut, Karyati keliling dari kampung 
ke kampung mengumpulkan barang bekas. 

Sebagian hasilnya digunakan untuk makan dan sebagian lain ditabung untuk bisa naik haji. 
“Dalam sehari, upah memungut barang bekas sebesar Rp. 10 ribu. 
Yang Rp. 5 ribu ditabung dan yang Rp. 5 ribu untuk makan,” akunya.
Usaha yang dilakukan Karyati tidak sia-sia. 
Semua hasil jerih payah dan keikhlasan hatinya membawa 
Karyati berangkat haji di tahun 2013 ini. 
Karyati direncanakan akan berangkat ke tanah suci pada 
tanggal 29 September 2013 melalui kloter 43 Embarkasi Juanda, Surabaya.

Selamat Menunaikan Ibadah Haji embah Karyati Mudah-mudahan 
Selamat sampai tujuan disehatkan rohani dan jasmani
dan semoga kisahnyata Embah Karyati menjadi motivasi untuk kita semua Amiin.

MAU REJEQI NGALIR TERUS TIADA HENTI..? SOLUSINYA SEDEKAH



Anda Mau cepat kaya Solusinya Banyak sedekah
Ah.. tidak mungkin..!!  Mana mungkin..!!  begitulah pendapat orang yang tidak percaya 
karena selalu berpikir secara akal saja. 

Memang kalau kita bicara secara  logika ada benarnya karena 
kalau kita punya uang misalnya 1 juta dikeluarkan sedekah 25 ribu berarti 
uang kita tinggal 975 ribu berarti berkurang alias rugi 
dan bukan bertambah alias untung.

Pendapat tersebut sudah diberikan contoh oleh Allah Swt didalam Al Qur’an.

Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 260  

” Setan itu menakut-nakuti kamu akan jatuh miskin dan menyuruh kamu berbuat tidak baik (kikir) . Sedang Allah menjanjikan ampunan dan karuniaNya kepadamu. 
Allah Mahaluas pemberiannya dan Mengetahui.” 

Begitulah Setan selalu menakut-nakuti kita agar tidak mau mengeluarkan 
sedekah dan selalu menghalangi manusia dengan berbagai cara. 
Padahal Allah  mengatakan dalam Surat AlBaqarah Ayat 274 

“Orang-orang yang menafkakan harta kekayaannya baik diwaktu malam maupun diwaktu siang, baik secara diam-diam maupun terang-terangan, berhak mendapat ganjaran dari Allah. Mereka tidak akan merasa takut dan tidak pula merasa susah” 

Kalau dalam ayat  disebut kalau mengeluarkan Sedekah tidak perlu merasa susah akan beruntung maka setan akan mengatakan kamu akan rugi, lebih untung kalau disimpan saja untuk dirimu sendiri. Sehingga itulah sebabnya sangat berat namanya mengeluarkan Sedekah. Kenapa Setan selalu menghalangi kita berbuat amal kebaikan berupa sedekah? “
Karena Setan tahu kalau kita banyak sedekah akan beruntung baik didunia maupun akhirat sesuai dengan janji Allah dalam Al Qur’an Surat At Taghabun ayat 17 

” Jika kamu dapat memberi pinjaman yang baik(Infak,sedekah) kepada Allah, tentu Dia akan membalasmu  berlipat ganda-ganda, serta mengampuni pula . Dan Allah sangat pembalas jasa dan Maha Penyantun” 

Dengan adanya ayat-ayat tersebut jelaslah Setan sangat takut kalau kita banyak 
Sedekah berarti dosa-dosa kita akan terhapus  sehingga 
terhindar dari Neraka” dan banyak yang masuk Sorga. 

Dalam Hadis lain bahwa Rasulullah bersabda : 

"Sikap dermawan (suka sedakah) tidak bedanya seperti menanam pohon batangnya disurga sedangkan dahannya ada didunia ,sehingga barang siapa yang mengait pada bagian dahannya dia akan ditarik ke sorga. Sedangkan Kikir (tidak mau bersedekah)  pohonnya ada di Neraka sedangkan dahannya ada didunia , sehingga barang siapa yang mengait pada bagian dahannya dia aka ditarik ke Neraka.

Kemudian untuk mendapat rezeki sama dengan ibarat mancing ikan 
dimana kalau mau dapat ikan tentu harus ada umpannya 
yaitu berupa sedekah,  kalau umpannya kecil akan dapatnya ikannya kecil 
 juga sedangkan kalau umpan semakin besar maka dapat ikannya juga akan besar.  

Proses mendapatkan rezeki itu  bagaimana?  Lebih kurang  sama yaitu :  

kita harus berusaha dengan bekerja sesuai dengan modal ilmu maupun 
tenaga yang kita miliki bisa bertani, dagang, buruh, pegawai dan sebagainya. 
Kalau kita dagang jadilah pedagang yang benar dengan tidak 
mengurangi takaran atau timbangan,  tidak menjual barang yang 
rusak / busuk dengan berbohong kita bilang baik karena ingin dapat untung besar. 

Kemudian berikan pelayanan yang baik kepada pembeli ,  kalau keuntungan 1 hari 
misalnya 50.000 kita makan hanya maximal 10.000  ini baru bersyukur.
Sedangkan bila dimakan 100.000  itu namanya tidak bersyukur bagaimana mau maju?  Kenapa suku bangsa Cina pada umumnya bisa kaya?  

Karena merekalah salah satu suku bangsa ciptaan Allah yang memiliki sifat bawaan atau bakat yang bisa melaksanakan bersyukur didalam meraih rezeki. 
Makanya tidak salah bila ada Pribahasa yang menyebutkan   

Bargurulah kamu sampai kenegeri Cina untuk menuntut Ilmu” 

kenapa kenegeri Cina?  ya  tentunya untuk belajar  cara berdagang  agar 
bisa maju dan kaya sebagaimana yang mereka lakukan. 
Sepintas mereka kelihatan sangat beruntung diberikan sifat bawaan 
lahir dalam berusaha mendapatkan rezeki persis  sama yang diajarkan 
dalam Hadis maupun Al Qur;an.  

Akan tetapi seharusnya  umat Muslim yang seharusnya beruntung kalau mau 
belajar dan mengikuti petunjuk yang ada didalam Al Qur’an,  kita
 akan dapat keuntungan dunia dan akhirat sekaligus.

Akan tetapi dalam praktek banyak kita belum bisa mengamalkannya 
dengan benar karena semua ilmu apapun ada  didalam Al Qur.an. 
Seperti kita tau dalam salah satu ayat disebutkan bahwa manusia 
sengaja diciptakan berbangsa - bangsa dan bersuku - suku untuk 
saling mengenal agar dapat mengambil pelajaran dari suku bangsa itu. 

Seperti contoh Bangsa Jahudi misalnya diberikan keistimewaan 
dibandingkan bangsa lain dari segi Ilmu Pengetahuan, namun 
kejelekannya selalu ingin membikin kerusakan dimuka bumi.

Setelah kita bisa mempraktekkan bersyukur dalam berusaha 
mendapatkan rezeki dengan contoh dagang tadi maka selanjutnya 
apabila keuntungan bersih 1 bulan misalnya 1.000.000 
keluarkanlah infak,sedekah sebesar 25.000,- dijamin usaha 
anda akan bertambah maju dan bisa Kaya dengan cepat.

” Sebagaimana yang dijanjikan Allah dalam Al Qur’an Surat Faathir Ayat 29 

” Sesungguhnya orang-orang yang mempelajari Kitab Allah, mendirikan Sholat dan menafkahkan (Infak,Sedekah) sebagian dari Rezeki yang Kami Anugrahkan kepadanya baik secara diam-diam dan terang-terangan. Maka mereka itu boleh mengharapkan suatu macam Perniagaan yang tidak akan pernah bangkrut 

Maka dapat kita bayangkan bahwa Allah menjamin usaha kita 
ibarat peniagaan (dagang) yang tidak akan pernah bangkrut.

Bagaimana jalannya?”,  mari kita hitung kalau dagang yang ril  
keuntungan rata-rata 10 % s/d 20 % maka keuntungan 1 bulan hanya 1.000.000,- 
sedangkan kalau dikeluarkan Infaknya kepada Allah sebesar 25.000 
maka akan kita peroleh keuntungan 70.000 % x 25.000  =  17.250.000  luar biasa bukan??

Ya itulah janjinya Allah makanya tidak mungkin kita bangkrut, dan sepanjang 
pengalaman tidak ada kita jumpai orang tambah miskin karena sedekah 
melainkan tambah kaya.  

Hanya perlu di fahami keuntungan itu tadi belum bisa cair 
secara pisik pada saat itu dan akan disimpan berupa 
Deposito oleh Allah dalam Rekening masing-masing berupa tabungan Rezeki.  

Kapan turunnya?  Hanya  tinggal menunggu saja dan waktu hanya 
Allah yang tahu saat yang tepat.
Hanya biasanya pada saat kita memohon rezeki kepadaNya 
untuk suatu keperluan yang sangat mendesak disitulah Allah menurunkannya 
dengan segera berupa Rezeki yang datang tanpa diduga-duga dan besarnya 
sesuai takaran dan banyak tidaknya tabungan kita.  
Kalau mau bertambah Kaya lewat Sedekah mulailah kerjakan 
segera jangan ditunda-tunda lagi.  

Nah.. Orang Miskin Saja Bisa Sedekah Anda Kapan....??





Benarkah Keajaiban Sedekah itu BOHONG


Benarkah Keajaiban Sedekah itu BOHONG...?.
Memang benar keajaiban sedekah itu adalah BOHONG

Apa maksudnya ???
.
 Magsud  B- O - H - O - N - G  disini adalah sebuah Singkatan Penjabaran

: Benar-benar dibalas Tuhan
.
Tentunya anda tahu dan paham dengan konsep matematika Tuhan yang mengatakan bahwa 10-1= 19, sebab matematika ini berlandaskan pada konsep pembalasan yang diberikan Tuhan dari sedekah adalah 10 kali lipat. Anda tahu? Tuhan adalah satu-satunya di Semesta ini yang Maha Segala Maha, termasuk Maha menepati janji, maka anda tidak perlu ragu lagi atau mempertanyakan lagi konsep ini.
.
Tuhan berjanji untuk membalas sedekah kita sepuluh kali lipat, tidak ada penekanan bahwa yang harus disedekahkan itu adalah uang, karena uang adalah objek ciptaan manusia dengan hasil kesepakatan yang hanya berfungsi sebagai alat pembayaran yang sah itupun dalam cakupan wilayah suatu negara. Apapun itu jika intinya adalah sedekah maka akan dibalas 10 kali lipat. ingat SEPULUH KALI LIPAT titik.
.
 O : Optimalisasi daya kesuksesan yang penuh berkah
.
Untuk hal ini tidak perlu mengarahkan pikiran agar mencerna lebih detail, anda tadi sudah membahas tentang pembalasan sepuluh kali lipat, dan sedekah adalah tindakan berpahala. Rumus kehidupan ada yang namanya roda perjalanan nasib, jika anda ingin nasib anda berketerusan baik maka anda harus menjaga perputaran roda itu agar terus berputar dengan pemicunya juga perbuatan kebaikan. 
Salah satu sumber energi yang tiada habisnya adalah sedekah, dan ini merupakan energi terhebat yang mampu membuat perputaran roda nasib anda berputar dengan kecepatan tidak terjangka oleh alat pengukur manapun, karena yang bekerja dalam perputaran roda itu adalah langsung sentuhan dari Tuhan.
.
: Hidup jadi lebih tenang karena bisa berbagi dengan mereka yang membutuhkan
.
Tenang adalah efek nyata kedua setelah rasa bahagia yang anda dapatkan dari bersedekah, karena sedekah juga merupakan alat pembersih harta terbaik dari kotoran-koran dosa yang nantinya akan kita gunakan untuk diri sendiri maupun keluarga dalam hal merajut perjalanan hidup. Tentu dapat dibayangkan bagaimana kebimbangan anda atas lisensi jaminan harta bersih dari dosa jika anda tidak melakukan sedekah? masih mau mengkonsumsi makanan enak tanpa label halal?, silahkan saja anda mencobanya dengan catatan anda siap lahir dan bathin atas efek samping yang bakalan anda dapatkan, begitulah kita umpamakan dengan sedekah.
.
 O : Obat anti gagal yang sangat mujarab bagi kehidupan
.
Bagaimana anda bisa gagal hanya karena bersedekah? ini adalah pertanyaan yang sama sekali tidak masuk akal, karena selain dengan dibalas sepuluh kali lipat, anda juga mendapatkan bonus berupa doa-doa kebaikan atas diri anda dan kehidupan anda.
.
Jika didalam hidup ini hanya anda sendiri yang memohon dan negosiasi dengan Tuhan berharap kebaikan mungkin bisa saja Tuhan mengurungkan hak Istimewanya untuk mengabulkan doa anda dengan alasan tertentu atau tanpa alasan apapun sah-sah saja, sebab Tuhan adalah jabatan Esa tanpa ada yang mampu menyamainya. Lain halnya jika yang bermohon dan berdoa melakukan negosiasi atas diri anda itu dilakukan oleh banyak orang dengan segenap rasa tulusnya, apa mungkin Tuhan tetap menggagalkan terkabulnya doa?. Ketika anda bersedekah dan tetap gagal juga maka telitilah kembali dalam penataan niat, jangan-jangan ada terselip kesombongan atau riya’ diantara niat tulus dan baik anda itu, sebab kalau kesalahannya dari Tuhan sama sekali tidak akan mungkin dan tidak pernah mungkin.
.
N : Nunggak dan hutang apapun bisa dilunasi dengan sedekah
.
Untuk yang ini, pembuktiannya banyak sekali, anda bisa memilihnya dari sekian banyak ragam dengan membaca tulisan-tulisan mereka yang mengalaminya di wisata hati asuhan ustd.
Yusuf Mansur.
.
Bahasa yang mudah dicernanya begini, sedekah satu saja dibalasnya sepuluh kali lipat, nah satu itu sudah cukup untuk menyangkal darimana alasan anda tetap bisa nunggak dan tidak bisa melunasi hutang anda.
Tuhan itu Maha pemurah dan Maha Adil atas apapun yang diperbuat oleh umatnya, hanya saja terkadang umatnya ini saja yang tidak sadar diri atas kemurahan yang diberikan Tuhan.
.
 G : Gampang dan dipermudahkan setiap langkah baik di dunia maupun di akhirat
.
Dengan sedekah maka anda secara tidak langsung melakukan serangkaian kebaikan dengan cara rapel plus mendapatkan bonus bonus spesial, mulai dari doa-doa penuh kebaikan dari yang menerima sedekah hingga balasan dari janji-janji yang sudah Tuhan firmankan. Orang seperti itu adalah orang-orang yang berada pada jalur yang penuh berkah dan hikmah, mana mungkin Tuhan mempersulit hidup dan kehidupan ummatnya, sebab ummat yang dekat dengan lingkungan penuh berkah adalah ummat yang sudah sterilisasi dari virus-virus negatif kehidupan.
.